Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Twenty Seven Something...

Twenty Seven . Diiringi sebuah lagu romantis milik pianis Korea, Yoon Han,, "Marry Me". Tak terasa, Desember sudah sampai di hari ke delapannya (lihat di pojok kanan bawah leptop). Dan saya masih menerka-nerka, ini hari apa ya? :) Sejenak menyangka ini Selasa, Eh, Rabu.. Tidak,, kemarin baru Ahad,, Jadi, ini Senin.. Beberapa hari menjelang tahun 2015. Masih 2014. Sebuah kumpulan angka yang menyusun angka27 ketika dikurangi tahun lahir saya. Hm,, betapa waktu bergulir cepat ya.. Dan "waktu tak akan berjalan mundur",, kata Mas Rangga di mini drama AADC (dah pada nonton kan?) :p Benar, waktu tidak akan berjalan mundur. Tapi kenangan bisa dipanggil kembali. Selama dua puluh tujuh tahun lebih ini bernafas,, betapa banyak hal yang pernah saya lakukan. Black memories,, white memories,, blue memories,, red memories.. and another colors.. Kenangan-kenangan yang menyenangkan, mengundang senyuman, bahkan tawa. Kenangan-kenangan yang mengharukan, K

Catatan Tugas Akhir (Bagian 1)

Ini sudah pagi. MasyaaAllaah. Maw masih bisa melek di jam ini. Di laptop, tertera jam 1:07. Masih terbangun,, soalnya koneksi internet yang oke ya jam segini. Kata Neng Diah,, koneksi di jam 00-06 pagi tu paling cepet... Dan alhamdulillaah memang iya. Terus, untuk apa koneksi internet cepatnya? Download film? Yup,, benar sekali,, hehe Sambil nyari bahan untuk usulan penelitian. Jadi, nyari bahannya itu sambilan,, :D Hehe,,, boleh ditiru boleh nggak.. Tapi, sebelum meniru apa yang akan diketikkan di bawah ini, baiknya pembaca berpikir baik-baik. Apa itu? Begini,, Sebelumnya Maw ceritakan dulu sebuah perbincangan di sebuah perjalanan Oktober lalu. Alkisah, ketika kembali dari sebuah perjalanan di hari itu, Maw dan teman-teman mengalami kejadian tersasar. Yup. Nyasar dan berputar-putar di ibukota Jakarta. Walhasil, baru masuk jalan bebas hambatan di jam 21 atau 22 an (g behitu ingat, hehe..). Lalu mampir di suatu tempat hingga masuk kembali ke jalan bebas hambatan di

Perempuan dan Penghidupan

Perempuan dan penghidupan. Sebuah pesan muncul di whats app grupku yang selalu ramai setiap hari, padahal isinya hanya berlima. Ku kira, hanya pesan biasa. Percakapan antara lima anak perempuan yang bersahabat sejak lama. Tidak. Pesan itu istimewa, setidaknya bagiku. Mengingatkanku akan suatu hal. Pesan itu cukup panjang. Sangat panjang malah. Isinya, tentang cuplikan sebuah talk show di sebuah stasiun tv, Mata Najwa. Edisi kali itu, bintang tamunya adalah seorang srikandi abad 21, walikota Surabaya. Kenal? Tidak. Saya hanya tahu beliau. Ibu Risma yang saya tahu dari media. Beliau saat ini sedang berjuang menutup sebuah lokalisasi di daerahnya. (Berkebalikan dengan  seorang wakil gubernur metropolitan Indonesia yang malah berniat membuat lokalisasi di wilayahnya) Sebuah lokalisasi, yang terjadi atas dalil buruknya keadaan ekonomi. Lalu ‘terpaksa’ self-selling … Dan yang umumnya ‘dijual’ adalah perempuan. Entah karena ‘dipaksa’ atau memang ‘atas kesada

From Lucy

Suatu ketika di ahad yang cerah,, tumben-tumben-an my little baby panda (my little brother) mengajak saya nonton. Benar-benar suatu ketumbenan. Apalagi, dia bilang dia yang akan membayar tiket nontonnya,, Subhanallaah kan? Tidak biasanya dia menawari menraktir akaknya ini, hehehe... Entah ada angin apa.. Singkat cerita, saya berangkat dari dramaga dan sampai di BTM pada pukul 10.10 wib. Wuish,,, Ingat sampai ke menitnya,..! Tentu ingat,, Kenapa? Karena saat itu kami janjian bertemu pukul 11.00. Jadi saya sempatkan mengecek jam kalau-kalau sudah dekat jam 11. Ternyata saya kepagian, sodara-sodara.. Bagus kan? Jadi saya tidak terlambat. Dan lebih bagusnya lagi,, adikku sayang itu baru sampai di stasiun pasar minggu *katanya. Itu berarti saya harus menunggu lebih lama.. Awalnya tidak apa-apa,, toh memang jam janjian kami masih ada beberapa saat. Tapi ternyata,, dia telat sampai 40 menit lebih dari jam 11.. Hffhfhf... (Rasanya ingin makan eskrim..) Jadi curiga,, jan

Buku Harian Fahrani, continued

My Dy, Tadi siang cukup terik. Cukup panas untuk seseorang yang lahir di kota dingin. Meski begitu, aku harus keluar dari kamar kos ku yang nyaman. Harus. Karena sebuah undangan terkirim ke handphone- ku. Undangan mengaji ^^ Sudah lebih dari sebulan kami meliburkan diri. Jadi, ketika aku bisa hadir, kenapa tidak? Memang suasana Bogor tidak menyenangkan untuk bepergian di siang bolong. Tapi, daripada bengong di depan laptop sendirian, lebih baik hadir di undangan ini. Kuatkan diri menghadapi terik panas dunia, berharap dikurangi panas di akhirat, hehehe.. So, Dy.. Apa yang disampaikan Bu Ustadzah tadi membuatku berperang bathin :D Kenapa, hm.. She said; "Selama tidak bertentangan dengan syariah, maka seorang istri harus patuh pada suami." Demikian ucap beliau. Lalu, apa yang membuat sampai bathinku berperang? Hehe, sebenarnya,, tidak sampai berperang.. hanya bergejolak.. :p Maksudku, tiba-tiba saja aku merasa terganggu. Kalimat itu terasa begitu menan

Sepatu dan 'Seseorang'

Miza hanya bisa tertegun. Pertanyaan itu begitu tiba-tiba. Untung saja pertanyaan itu dilontarkan via telepon, bukannya bertemu langsung. Kalau tidak, mungkin saat ini Miza juga harus menyetel musik  kencang-kencang agar Hitoshi tak mendengar degub jantungnya yang tiba-tiba memainkan genre rock n roll . Pikirannya sesak, selayaknya kereta ekonomi kala musim mudik tiba. “ Lalu, bagaimana dengan aku? ” Kalimat dengan empat kata itu begitu lancar ditujukan Hitoshi padanya. Sebuah pertanyaan yang sangat mampu membekukan tubuh Miza dalam satu waktu. Kamu??? Entahlah, Toshi … kamu adalah orang yang selalu ada disaat aku sedih, bahagia , bahkan dikala aku tak merasa apapun. Kamu selalu punya telinga untuk mendengarkanku meski badanmu telah menjalani jam kerja full time sebelumnya. Kamu tak pernah memutus ceritaku meski jam dijital di handphone mu sudah menunjukkan larut malam. Kamu juga tak pernah ijin tidak mendengarkan ceritaku ketika aku menelponmu tepat pada saat kam

Buku Harian Fahrani

17 Agustus 2014. Hari ketika rakyat Indonesia merayakan kemerdekaan bangsanya dari yang menjajah secara fisik. Assalamu'alaykum warahmatullaah... Dear, my D... Aku Fahrani. Fathiya Qisthi Kirani. Fahrani. Aku lahir di Paris-nya pulau Jawa, 28 tahun silam. Aku anak ke-empat dari lima bersaudara. Dua kakak laki-laki, satu kakak perempuan, dan satu adik laki-laki. Keluarga yang ramai? Ya. Sangat. Bersama Ama dan Apa. Dengan dua kakak ipar, satu abang ipar, dan ketujuh kurcaci yang menjadi generasi penerus keluarga kami. Ya. Aku Fahrani. Dan ini, kisahku.

Kamu seharusnya tak lari...

Dulu, bertahun lalu, seorang sahabat bagiku mengatakan ini. "Kamu bukannya pasrah. Tapi sebaliknya, kamu melarikan diri." Saat itu, aku tidak setuju dengannya. Lari dari apa? Aku sama sekali tidak lari. Aku hanya menggapai cita yang lain, dan membiarkan Allah memberiku cita yang itu ketika Allah menghendaki aku mendapatkannya. Saat ini, aku berpikir, apa aku benar-benar lari darinya? Dari sebuah cita yang pernah kutorehkan dimasa lalu? Atau aku memang tidak lari,, hanya kurang berusaha. Ah, alasan saja. Alasan saja kah? ... Belibet tingkat gunung salak ya? ^^ Ketika seorang sahabat kita tetiba mengatakan bahwa kita telah melarikan diri dari masalah. Dari sebuah tujuan yang harusnya kita tuju. Bukan hanya diam dan mengerjakan hal lain tanpa sedikitpun memerdulikannya. Sebuah "tamparan" yang tak diduga,, mungkin bisa dikatakan demikian. Dan ya, sahabat adalah seperti itu. Sebuah reminder yang akan mengingatkan kita ketika kita tersalah. Karena kasih sayang

Ikhlaskan saja.

Begitu katanya. Kata dokter. Kata Tesa, sepupu yang berprofesi sbg dokter, juga begitu. Kata Bang Anom, cucu menantu yg juga berprofesi sbg dokter, juga demikian. Tapi, Kak Desy, yang juga seorang dokter, beliau bilang, insyaAllah nenek akan lebih baik. InsyaAllah. Aamiin. Saya lebih suka mendengar kata-kata Kak Desy. Terima kasih, Kak. Setidaknya, kalimat itu lebih baik. Lucu rasanya, Beberapa kali kata itu sering saya ucapkan pada diri sendiri. "Ikhlaskan saja" Ketika ternyata ada barang yang hilang,, Ketika mendapat nilai jelek pada ujian,, Ketika ditinggal sahabat menikah.. Tapi untuk kali ini, sangat berat. Berat sekali. Karena konsekuensinya, terlalu berat rasanya. Konsekuensi kehilangannya terlalu besar. Kehilangan yang tak tergantikan. Saya pernah merasakannya. Dulu, 18 tahun lalu. Dulu, memang bukan telinga ini yang mendengar dua kalimat berat itu. Tapi konsekuensi dari jawaban yang dilontarkan dari permintaan "Ikhlaskan saja" itu tu

Berhentilah, karena sudah cukup.

Berhentilah. Ketika langkahmu hampir mencapai puncak. Cukup. Dan kembalilah. Cukupkan langkahmu disini. Kembalilah. Biarkan perkiraanmu tetap indah. Karena jika kamu lanjutkan langkahmu, mencapai puncak, lalu kamu lihat ia tak seindah bayanganmu,,, Mungkin kamu akan kecewa. Jadi, berhentilah. Cukup disini. Di-hampir sampai di puncak. Lalu kembalilah. Biarkan ia tetap seindah bayangan yang kamu ukir di kepalamu. Biarlah. Tetap indah. … Kira-kira, begitulah saduran kalimat yang aku ambil dari sebuah novel milik Tere Liye. Novel yang judulnya Sunset bersama Rossie. Sudah pernah baca? Sudah agak lama memang novel itu terbit. Tapi, jika kamu baru akan membacanya setelah aku ceritakan, its ok. Ada beberapa makna yang cantik yang bisa kamu temui disana. Salah satunya, yang aku ketikkan di atas. Cerita awalnya, begini diceritakan di novel itu;  Alkisah, ada seorang mahasiswa yang sedang berlibur di sebuah pantai di Gili Trawangan. Ia dan teman

The Rainy City's Journey... (1st year)

23 Februari 2014. Hampir delapan tahun sejak aku berada di kota hujan ini. Well, sebenarnya tidak tepat delapan tahun, karena aku sering pulang ke Bandung dan ada dua tahun yang aku lewati di Medan dan Pekanbaru. But it still,, dari sekian waktu yang aku jalani dalam perantauan, Bogor adalah daerah terlama yang aku singgahi. Then, how it's feel? Actually,, I really grateful to be here. For the campus, for the air, and for the friendships. Tahun pertama ada di Bogor (seperti yang ku ceritakan di Langkah Kecilku), benar-benar masa adaptasi bagiku. Dan bagi mahasiswa baru IPB tentu. Mencari teman, menyesuaikan diri dengan ritme kuliah, dengan lingkungan, dan berusaha cocok dengan keadaan. Sulit? Hm.. Kalau diingat sekarang, rasanya aku harus meminta maaf pada sahabat-sahabat tpb-ku, karena telah banyak merepotkan mereka. Bagi seorang perasa maksimal sepertiku, sepertinya aku sangat menyulitkan mereka kala itu. Bagaimana tidak, kalau sedih, aku bisa dengan sangat mud

Aku menyayangimu, mencintaimu.

Aku tak punya alasan untuk mengikatmu erat. Mendudukkanmu untuk selalu ada di sekitarku. Untuk selalu hadir ketika aku memanggil. Untuk selalu menjawab ketika ku sapa. Untuk selalu tersenyum ketika aku meminta. Aku tak punya alasan untuk mengungkungmu dalam sangkarku. Membuatmu selalu hadir di setiap pandangku. Mungkin Allah ingin menyadarkanku. Aku bukanlah sayang padamu. Karena sayang seharusnya adalah melihatmu bahagia. Mungkin Allah berkehendak mengingatkanku. Aku tiada cinta atasmu. Karena cinta adalah apapun yang menjadi kebahagiaanmu dalam ridhaNya. Mungkin selama ini, yang ada hanyalah  sebuah ego, bernama aku. AKU. Dan jika aku yakin bahwa aku menyayangimu, aku mencintaimu,, Maka itu adalah bahagia atas kebahagiaanmu. Dan aku yakin, aku menyayangimu, mencintaimu, Saudariku. Meski entah sejak kapan itu. Gomenasai,,

Boneka Kuning Anelka.

“Nel, sudah beres semuanya?” Sebuah suara bass memanggilnya dari sebuah perjalanan memori. Anelka tersenyum, alih-alih menjawab. Tangannya lalu terampil melipat beberapa pakaian dari pangkuannya. Pakaian-pakaian itu sedari tadi ia tempatkan di pangkuannya agar ia lebih mudah melipatnya. Namun, disela kegiatannya itu, sebuah benda mengalihkan perhatiannya. Sebuah buku kecil. Buku kecil, tipis namun sangat penting. Sebegitu pentingnya hingga mengingatkannya akan sebuah masa. Suatu ketika, di waktu yang telah berlalu… … *** “Nel,, cepat bereskan mainanmu lalu mandi!” Seorang gadis kecil yang sedang asyik bermain masak-masakan di teras samping rumah segera menoleh. “Iya, Bu.. sebentar lagi.” Jawabnya. “Cepat, Nel.. Keburu Ayah datang…” Ayah datang . Bukan Ayah pulang. Uuuhhh! Memangnya kenapa kalau Ayah datang?. Kan tidak masalah kalau saat Ayah datang, Nelka masih bermain.. ? Gerutu gadis itu dalam hati. “Iya, Bu… Sebentar..!” Kesal gadis itu Nampak jel

Langkah Kecil Mawar (Episode 2)

Hujan merintik pagi ini. Sangat Bogor sekali :) Alhamdulillah langit tak sedang menjadi Dramaga sekali. Ya. Dramaga sekali. Kamu tahu apa itu? Ketika langit meriah dengan kilat yang memercik cahaya. Itu (sangat) langit Dramaga ketika hujan. (Dramaga merupakan salah satu tempat dengan langit ter-khas dengan kilatnya di dunia, Masya Allaah..) Jadi teringat ketika aku pertama kali memutuskan ke Bogor. Tanpa persetujuan orang tua (Gomen, Mama..) Hehe,, bandel ya? Bukan demikian sebenarnya,, Begini. Keluargaku (alhamdulillah) jarang sekali memaksakan sesuatu pada anggota keluarga lain. Termasuk tentang pilihan tempat sekolah. Memang, keluarga biasanya memberi masukan, tempat mana yang baik. Kata Abang, aku kuliah di jurusan ekonomi saja. Aku menolaknya,, membayangakan betapa banyak sarjana ekonomi di Indonesia, membuat lapangan pekerjaan bagi SE semakin sempit. (waktu itu) Aku lebih memilih kuliah di pertanian. Kenapa? Sudah lama berlalu penjajahan fisik negara ini oleh

Mie rebus.. (Mahasiswa banget.. :)

Gambar
Sarapan mie,, mahasiswa banget ^^ Tapi mie kali ini, alhamdulillah, bukan mie rebus biasa. Kata Mimy Niezt,, yang namanya masak mie itu bukan seperti yang tertera di kemasan mie instan. Kalau masak ya pakai bumbu. Sederhana aja, gula, garam, bawang merah, bawang putih dan tambah cabe kalau suka pedas plus telur supaya lebih mantapks. Kalau suka, mie-nya pakai mie telur,, bukan mie instan. Lebih murah pun (lagi-lagi khas mahasiswa, hehe) Tinggal rebus mie sampai agak matang, tiriskan. Lalu tumis bawang merah dan bawang putih sampai wangi. Masukkan telur,buat orak-orik. Terus tuangkan air secukupnya buat jadi mie kuah. taburkan garam dan gula, sebagai pengganti mecin. Lalu masukkan mie yang tadi ditiriskan. Tadaaaa.... ^^ Beres deh. Karena jeruk nipis, tomat, seledri dan bawang daun sisa soto masih ada, jadi ku tambahkan pula disitu. Pedes asem seger,, alhamdulillaah.. Selamat menikmati. Allahumma baariklanaa fii maa rozaqtanaa waqinaa 'adzaabannaaar.. ^^

Soto Bandung ~ suatu impian tertunda...

Gambar
"Sukses masak soto Bandung - Desember 2013" Tiba-tiba terpikir tentang satu impian itu. Sebenarnya, sudah setahun lalu harusnya beres dieksekusi, hehe. Namun, sepertinya, karena kesibukan yang menggunung ( ngeles doang, hehe. .) jadi tidak bisa. Beneran,, Desember lalu menjadi bulan terpadat dengan agenda liburan dan tugas kuliah ^^ Dan ketika luang kemarin, akhirnya Allah berkenan memberi ku kesempatan mewujudkannya. Kenapa soto Bandung? Hm.. Soto Bandung,- diantara deretan soto lain di Indonesia yang sangat beragam,- soto jenis ini paling simpel, menurutku. Tidak pakai santan, jadi ringan di lidah. Dan bahan serta cara memasaknya juga simpel. Begini bahan dan cara masaknya ^^ Bahan utamanya: - daging sapi berlemak ( ada gajihnya, kata orang Sunda mah.. ) : 250 gr (potong berbentuk dadu), - 1 kaldu sapi, berhubung di warung tidak ada kaldu yang langsung jadi (biasanya ada dikemas seperti susu cair),, jadi kami buat sendiri kaldunya. sekalian untuk meng-emp

Cerialah selalu, mentariku...

Di luar sedang hujan. Gerimis saja sih,, Hujan derasnya sudah turun tadi jam tiga pagi. Kok aku tahu? Hehehe.. tadi malam tidak bisa tidur *malah curhat.. ^^ Tapi tetap saja terasa dingin. Terbayang jalan ke kampus akan becek. Dan ada resiko terciprat genangan air ketika perjalanan ke kelas dari kendaraan yang melaju kencang tanpa melihat aku berjalan di tepi *saking kecilnya kah aku hingga tidak terlihat? ^^" Juga jemuran yang dari dua hari yang lalu belum kering-kering... Moga tidak berganti wanginya,, *kan biasanya jadi hapeuk.. (ngartos? hehe) Rasa kantuk juga lebih mudah datang. Padahal ada ujian pagi ini. Tugas kuliah juga belum beres,, *beresin atuh.. Ah,, kenapa aku mengeluh terus ya.. Hujan kan bagian rahmat dari Allah. Dan bukankah dalam setiap doa kita, kita selalu mohon rahmat dariNya. Yuk ah, move on dari ngeluh. InsyaAllah, sebenarnya mentari sedang tersenyum ceria pada kita. Kenapa tidak membalas senyumnya dengan keceriaan terbaik? *kenapa cob

Ayam Tumis Thailand, -suatu ketika aliran listrik mati...

Seharian, langit Bogor menangis. Dingin dan gelap. Selain karena mendung, pihak PLN juga berbaik hati mendukung gerakan istirahat sekosan dengan mematikan aliran listrik hampir tujuh jam lamanya. Bagaimana rasanya? Untuk seseorang yang sedang mempersiapkan diri untuk menemui sang kekasih, eh ujian akhir semester,, itu rasanya sesuatu sekali. Mana baterai laptop pun minta istirahat padahal bahan ujian soft file adanya ^^" Demikianlah. But well, life's not gonna end that way. Mati aliran listrik tak berarti mati gaya :D Sebenarnya, ada banyak yang bisa dilakukan, selain belajar untuk UAS. (*senang juga, hehe) Bisa saja tidur (pilihan paling pertama muncul), ngobrol dengan teman, menelpon soul mate yang ujung-ujungnya putus telepon tepat ketika sedang 'berantem', membereskan isi lemari atau membaca surat cinta dari Ilahi (shalehah wanna be :) Atau, memasak ^^ Rasa kesal bisa hilang sekejap dengan makan. It's work for me, hehe.. Lebih menyenangkan lagi kal

Sederhanakan saja.

Saya dikenal sebagai orang yang suka memperumit. Begitu katanya. Sesuatu yang simpel, sederhana, bisa menjadi tampak rumit di tangan saya. Sok ribet, sok sibuk, sok capek sendiri. Do I? Sepertinya iya . ^^" Padahal, Rasulullah saw. bilang, ambillah yang paling mudah dantara setiap pilihan (selama tidak melanggar hukum Allah dan hukum sah lainnya). Jadi, tidak seharusnya saya mempersulit suatu hal kan? Ketika memang, harus mengerjakan tugas rumah, ya jangan diperumit. Sudah mah memang tidak sederhana, pekerjaan rumah itu, jangan diperumit. Jalani dengan senyum dan kerjakan dengan benar. Ketika memang harus begadang untuk mengerjakan tugas kuliah, ya.. jangan diperumit dengan merasa ngantuk, bosan, atau capek. Jalani saja dengan senyum dan kerjakan dengan optimal. Ketika memang harus kuliah dengan segala rutinitasnya, ya.. jangan diperumit dengan depresi karena tugas menumpuk, ujian dadakan, atau perasaaan kesal terhadap dosen. Jalani saja dengan senyum dan belajar de