Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Langkah Kecil Mawar (Episode 2)

Hujan merintik pagi ini. Sangat Bogor sekali :) Alhamdulillah langit tak sedang menjadi Dramaga sekali. Ya. Dramaga sekali. Kamu tahu apa itu? Ketika langit meriah dengan kilat yang memercik cahaya. Itu (sangat) langit Dramaga ketika hujan. (Dramaga merupakan salah satu tempat dengan langit ter-khas dengan kilatnya di dunia, Masya Allaah..) Jadi teringat ketika aku pertama kali memutuskan ke Bogor. Tanpa persetujuan orang tua (Gomen, Mama..) Hehe,, bandel ya? Bukan demikian sebenarnya,, Begini. Keluargaku (alhamdulillah) jarang sekali memaksakan sesuatu pada anggota keluarga lain. Termasuk tentang pilihan tempat sekolah. Memang, keluarga biasanya memberi masukan, tempat mana yang baik. Kata Abang, aku kuliah di jurusan ekonomi saja. Aku menolaknya,, membayangakan betapa banyak sarjana ekonomi di Indonesia, membuat lapangan pekerjaan bagi SE semakin sempit. (waktu itu) Aku lebih memilih kuliah di pertanian. Kenapa? Sudah lama berlalu penjajahan fisik negara ini oleh

Mie rebus.. (Mahasiswa banget.. :)

Gambar
Sarapan mie,, mahasiswa banget ^^ Tapi mie kali ini, alhamdulillah, bukan mie rebus biasa. Kata Mimy Niezt,, yang namanya masak mie itu bukan seperti yang tertera di kemasan mie instan. Kalau masak ya pakai bumbu. Sederhana aja, gula, garam, bawang merah, bawang putih dan tambah cabe kalau suka pedas plus telur supaya lebih mantapks. Kalau suka, mie-nya pakai mie telur,, bukan mie instan. Lebih murah pun (lagi-lagi khas mahasiswa, hehe) Tinggal rebus mie sampai agak matang, tiriskan. Lalu tumis bawang merah dan bawang putih sampai wangi. Masukkan telur,buat orak-orik. Terus tuangkan air secukupnya buat jadi mie kuah. taburkan garam dan gula, sebagai pengganti mecin. Lalu masukkan mie yang tadi ditiriskan. Tadaaaa.... ^^ Beres deh. Karena jeruk nipis, tomat, seledri dan bawang daun sisa soto masih ada, jadi ku tambahkan pula disitu. Pedes asem seger,, alhamdulillaah.. Selamat menikmati. Allahumma baariklanaa fii maa rozaqtanaa waqinaa 'adzaabannaaar.. ^^

Soto Bandung ~ suatu impian tertunda...

Gambar
"Sukses masak soto Bandung - Desember 2013" Tiba-tiba terpikir tentang satu impian itu. Sebenarnya, sudah setahun lalu harusnya beres dieksekusi, hehe. Namun, sepertinya, karena kesibukan yang menggunung ( ngeles doang, hehe. .) jadi tidak bisa. Beneran,, Desember lalu menjadi bulan terpadat dengan agenda liburan dan tugas kuliah ^^ Dan ketika luang kemarin, akhirnya Allah berkenan memberi ku kesempatan mewujudkannya. Kenapa soto Bandung? Hm.. Soto Bandung,- diantara deretan soto lain di Indonesia yang sangat beragam,- soto jenis ini paling simpel, menurutku. Tidak pakai santan, jadi ringan di lidah. Dan bahan serta cara memasaknya juga simpel. Begini bahan dan cara masaknya ^^ Bahan utamanya: - daging sapi berlemak ( ada gajihnya, kata orang Sunda mah.. ) : 250 gr (potong berbentuk dadu), - 1 kaldu sapi, berhubung di warung tidak ada kaldu yang langsung jadi (biasanya ada dikemas seperti susu cair),, jadi kami buat sendiri kaldunya. sekalian untuk meng-emp

Cerialah selalu, mentariku...

Di luar sedang hujan. Gerimis saja sih,, Hujan derasnya sudah turun tadi jam tiga pagi. Kok aku tahu? Hehehe.. tadi malam tidak bisa tidur *malah curhat.. ^^ Tapi tetap saja terasa dingin. Terbayang jalan ke kampus akan becek. Dan ada resiko terciprat genangan air ketika perjalanan ke kelas dari kendaraan yang melaju kencang tanpa melihat aku berjalan di tepi *saking kecilnya kah aku hingga tidak terlihat? ^^" Juga jemuran yang dari dua hari yang lalu belum kering-kering... Moga tidak berganti wanginya,, *kan biasanya jadi hapeuk.. (ngartos? hehe) Rasa kantuk juga lebih mudah datang. Padahal ada ujian pagi ini. Tugas kuliah juga belum beres,, *beresin atuh.. Ah,, kenapa aku mengeluh terus ya.. Hujan kan bagian rahmat dari Allah. Dan bukankah dalam setiap doa kita, kita selalu mohon rahmat dariNya. Yuk ah, move on dari ngeluh. InsyaAllah, sebenarnya mentari sedang tersenyum ceria pada kita. Kenapa tidak membalas senyumnya dengan keceriaan terbaik? *kenapa cob

Ayam Tumis Thailand, -suatu ketika aliran listrik mati...

Seharian, langit Bogor menangis. Dingin dan gelap. Selain karena mendung, pihak PLN juga berbaik hati mendukung gerakan istirahat sekosan dengan mematikan aliran listrik hampir tujuh jam lamanya. Bagaimana rasanya? Untuk seseorang yang sedang mempersiapkan diri untuk menemui sang kekasih, eh ujian akhir semester,, itu rasanya sesuatu sekali. Mana baterai laptop pun minta istirahat padahal bahan ujian soft file adanya ^^" Demikianlah. But well, life's not gonna end that way. Mati aliran listrik tak berarti mati gaya :D Sebenarnya, ada banyak yang bisa dilakukan, selain belajar untuk UAS. (*senang juga, hehe) Bisa saja tidur (pilihan paling pertama muncul), ngobrol dengan teman, menelpon soul mate yang ujung-ujungnya putus telepon tepat ketika sedang 'berantem', membereskan isi lemari atau membaca surat cinta dari Ilahi (shalehah wanna be :) Atau, memasak ^^ Rasa kesal bisa hilang sekejap dengan makan. It's work for me, hehe.. Lebih menyenangkan lagi kal

Sederhanakan saja.

Saya dikenal sebagai orang yang suka memperumit. Begitu katanya. Sesuatu yang simpel, sederhana, bisa menjadi tampak rumit di tangan saya. Sok ribet, sok sibuk, sok capek sendiri. Do I? Sepertinya iya . ^^" Padahal, Rasulullah saw. bilang, ambillah yang paling mudah dantara setiap pilihan (selama tidak melanggar hukum Allah dan hukum sah lainnya). Jadi, tidak seharusnya saya mempersulit suatu hal kan? Ketika memang, harus mengerjakan tugas rumah, ya jangan diperumit. Sudah mah memang tidak sederhana, pekerjaan rumah itu, jangan diperumit. Jalani dengan senyum dan kerjakan dengan benar. Ketika memang harus begadang untuk mengerjakan tugas kuliah, ya.. jangan diperumit dengan merasa ngantuk, bosan, atau capek. Jalani saja dengan senyum dan kerjakan dengan optimal. Ketika memang harus kuliah dengan segala rutinitasnya, ya.. jangan diperumit dengan depresi karena tugas menumpuk, ujian dadakan, atau perasaaan kesal terhadap dosen. Jalani saja dengan senyum dan belajar de

Jadi Full Time Daughter - Wife - Mother - Best friend Kece aja deh.. :D

Kalau udah ketemu tugas kuliah yang seabrek binti g tau musti dikerjain kayak gimana binti udah ada contoh penyelesaian tapi tetep g ngerti gara-gara pas kuliah lebih banyak bengong n mikir kapan kuliahnya selesai,, Jadi pengen ganti status jadi full time Daughter - Wife - Mother - Best friend Kece aja deh.. :D... *Getok jidat sendiri.. sebelum digetok orang lain, digetok sama diri sendiri mah getok lembut... hehe Kenapa harus digetok? Harus, 1000%! (ish, udah 2014, masih alay ajah,, :D) Ya iya, dund. Harus digetok lembut gegara mengetik statement diatas. Kok gtu? Karena eh karena *plis jangan nyanyi.. ^^" Karena menjadi full time "Daughter - Wife - Mother - Best friend Kece aja deh.." seharusnya tidak timbul sebagai pelarian (kayak atlit marathon aje..) dari tugas kuliah yang menumpuk. Bisa-bisa, ntar, pas kewajiban "full time Daughter - Wife - Mother - Best friend Kece aja deh.."-nya lagi numpuk, kabur lagi deh, nyari status baru (jadi apa ya?)

I do, i get it...

Hai, I'm 26th now. Working on a campus, as a student :D Before I entered this situation, being a student again, I mean, People around me, asked. "Why do you want to be a student again?" "Don't you have a good job?" "Don't you will be too old to married if you go to school again and get married after graduate? "Don't you married first, and then go to school again after it?" And another 'don't you' questions came. And I just smiled. Coz, actually, I felt a little bit tired to explained about my plan to them. To people who came with their own thought. That, a girl, in my age, should be married, and be a good house wife, just enough with bachelor degree. Well,, Alhamdulillah I was born in a great family that doesn't shackled by those things... I know, I understand well that a marriage is Rasulullah's Sunnah. Someone who doesn't like it, wouldn't counted to Rasulullah's group.. And I get so

Langkah kecil Sang Mawar... (Edisi 1)

Udara disana selalu dingin. Namanya juga Pangalengan. Selalu dingin. Meski begitu, bagiku, desa itu adalah desa terhangat yang pernah ada. Karena disanalah cintaku lahir. Dan dari sanalah aku melangkah. Desa itu ada di sebuah pegunungan. Jika kamu ke sana suatu saat, bersiaplah dengan segala kelokan dan tanjakan dengan tebing disisi-sisi jalan yang menyambutmu. Jika belum terbiasa, tidurlah selama perjalanan. Dan bersiaplah menyesal tidak melihat Keagungan Allah dalam lukisanNya yang indah. Atau, jika kamu ingin menikmati karunia keindahan itu, bersiaplah dengan kantong keresek untuk memuat hasil gejolak perutmu jika sewaktu-waktu ia mendesak keluar. Dua jam setengah, jika macet standar, adalah waktu yang bisa kamu tempuh untuk mencapainya. Atau, jika Citarum sedang 'baik' dan menyapa daerah sekitar Dayeuh Kolot, maka bersiaplah menghasbiskan seper-empat hari di perjalanan. Itu baru perjalanan dari Bandung, 'flower of Java'... Belum lagi jika kamu datang