Langkah Kecil Mawar (Episode 2)

Hujan merintik pagi ini.
Sangat Bogor sekali :)
Alhamdulillah langit tak sedang menjadi Dramaga sekali.
Ya.
Dramaga sekali.
Kamu tahu apa itu?
Ketika langit meriah dengan kilat yang memercik cahaya.
Itu (sangat) langit Dramaga ketika hujan. (Dramaga merupakan salah satu tempat dengan langit ter-khas dengan kilatnya di dunia, Masya Allaah..)

Jadi teringat ketika aku pertama kali memutuskan ke Bogor.
Tanpa persetujuan orang tua (Gomen, Mama..)
Hehe,, bandel ya?
Bukan demikian sebenarnya,,
Begini.
Keluargaku (alhamdulillah) jarang sekali memaksakan sesuatu pada anggota keluarga lain.
Termasuk tentang pilihan tempat sekolah.
Memang, keluarga biasanya memberi masukan, tempat mana yang baik.
Kata Abang, aku kuliah di jurusan ekonomi saja.
Aku menolaknya,, membayangakan betapa banyak sarjana ekonomi di Indonesia, membuat lapangan pekerjaan bagi SE semakin sempit. (waktu itu)
Aku lebih memilih kuliah di pertanian.
Kenapa?
Sudah lama berlalu penjajahan fisik negara ini oleh negara tulip dan matahari, karene kekayaan alamnya, termasuk atas hasil pertaniannya.
Mereka datang ke Indonesia, tentu karena yakin akan kompetensi negara ini atas itu.
So, why would I'm doubt for?
Jadi, aku sampaikan bahwa aku ingin kuliah di pertanian.
Mana aku asalnya dari daerah pertanian pula ^^

Dengan keinginan itu, Mama terpikirnya aku akan kuliah di UNPAD, salah satu universitas ternama di Bandung dan Indonesia.
Tapi, ternyata Mama sedang tidak sehati denganku saat itu, hehe..
Aku pikir, jika ingin mempelajari sesuatu, kenapa tidak langsung pada ahlinya?
Belajar pertanian pada universitas yang memang judulnya sudah sesuai, IPB.
Jadi, aku yakin saja memilih IPB untuk pilihan pertama saat SPMB, dan UNPAD sebagai pilihan kedua.


Maka, ketika hasil SPMB keluar, dan aku menelpon mama ketika itu,
Responnya adalah.. "Kok IPB? Bogor? Jauh atuh?"
Kalau diingat, saat itu lucu. Diantara kebahagiaan karena bisa kuliah, malah dapat respon kaget seperti itu.
But, it was my way to life my live.
Memang sudah digariskan aku kuliah di Bogor. Negeri 1000 hujan (kalau sedang musim hujan, hehe)

Dan hebatnya Mama,, meski beliau mungkin tidak suka dengan keputusan ku,, yang mungkin tidak ingin berpisah jauh dari putrinya ini (hahaha) atau mungkin mempertimbangkan jauhnya dari Bandung dan otomatis menambah budget untuk biaya penghidupan (kalau di Bandung, bisa tetap satu kontrakan dengan kakak-kakak),
Mama tetap merestui putrinya ini menyemai impiannya.
Mama selalu menjadi pendukung terbaik :D

Dan satu hal lucu lainnya yang terjadi saat itu adalah,
ketika aku harus masuk asrama, dan Mama harus pulang kembali ke Pangalengan setelah mengantarkanku pindahan ke IPB,
aku menangis dan minta ikut ke Bandung lagi (kuliah belum akan dimulai)
Aku tak suka sendiri di kota yang punya kebun raya ini.
Lalu Mama bilang beberapahal,, yang intinya...
"Ini keputusanmu, Neng. Bertanggungjawablah."

Hal itu lalu menjadi pelipur laraku ketika berbenturan dengan hal-hal yang tidak mudah.

"Ini keputusanmu, bertanggungjawablah."

(love you, Mam)

:)
And the journey of Rainy Heaven,, begun...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

it's addict!

Ikhlaskan saja.