Ikhlaskan saja.

Begitu katanya.
Kata dokter.
Kata Tesa, sepupu yang berprofesi sbg dokter, juga begitu.
Kata Bang Anom, cucu menantu yg juga berprofesi sbg dokter, juga demikian.
Tapi, Kak Desy, yang juga seorang dokter, beliau bilang, insyaAllah nenek akan lebih baik.
InsyaAllah.
Aamiin.
Saya lebih suka mendengar kata-kata Kak Desy.
Terima kasih, Kak.
Setidaknya, kalimat itu lebih baik.
Lucu rasanya,
Beberapa kali kata itu sering saya ucapkan pada diri sendiri.
"Ikhlaskan saja"
Ketika ternyata ada barang yang hilang,,
Ketika mendapat nilai jelek pada ujian,,
Ketika ditinggal sahabat menikah..
Tapi untuk kali ini, sangat berat.
Berat sekali.
Karena konsekuensinya, terlalu berat rasanya.
Konsekuensi kehilangannya terlalu besar.
Kehilangan yang tak tergantikan.
Saya pernah merasakannya.
Dulu, 18 tahun lalu.
Dulu, memang bukan telinga ini yang mendengar dua kalimat berat itu.
Tapi konsekuensi dari jawaban yang dilontarkan dari permintaan "Ikhlaskan saja" itu turut saya alami.
Realy hard to do.
Yup.
To live without a figure of a father.
But, alhamdulillaah, He gives me a lot of things to make me survive...

Lalu sekarang,
Pertanyaan itu datang langsung pada saya.
Sayangnya, jawaban saya tidak akan terlalu berarti.
Saya hanyalah seorang cucu.
Anak kecil.
Jadi, jawaban "tidak" dari saya tidak akan mengubah apapun.
Ketika satu malam berlalu, Allah memberi saya banyak kesempatan untuk merenung.
Ketika saya kembali mengingat wajah beliau, ditengah perjuangan beliau, menatap saya lebih lama dari yang beliau bisa,,
Seketika hati saya rasanya hancur.
Bagaimana saya bisa turut mengiyakan "ikhlaskan saja" dengan adanya tatapan itu?
Dan hati saya pun luluh.
Bagaimana saya tidak turut mengiyakan "Ikhlaskan saja" itu, dengan adanya tatapan itu?
Karena saya tak tahu, saya tak berani lebih dalam menelaah tatapannya, apakah itu berarti beliau masih sanggup berjuang, atau beliau merasa sangat kesakitan dan beliau ingin menyudahinya.
Entah.
Entah.
Saya tak ingin kehilangan beliau, saya masih ingin menikmati kebersamaan dgn beliau meski hanya ketika hari raya.
Tapi saya pun tak ingin beliau terus merasakan kesakitan itu.
Ya Rabb,,
Jadi, kini, saya serahkan pada Allah saja.
Saya hanya berharap, apa yang akan terjadi adalah yang bisa membuat beliau bahagia dan diberkahi.
Apapun itu.
Sepahit apapun konsekuensinya untuk saya.
Apapun Ya, Rabb..
For her happiness...
Saya ikhlas...

#I want the world to know, that I love you, Grand Ma..
Sembuhkanlah ia, Ya Rabb...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

it's addict!