Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Dua Sisi Kompetisi

Dua sisi. Bagiku, kompetisi itu selalu tentang dua sisi. Kompetisi dengan orang lain. Dan, Kompetisi dengan diri sendiri. Dua-duanya melelahkan. Bisa membuat depresi, malah... Kompetisi dengan orang lain, bisa jadi satu hal yang tidak adil. Karena latar belakang, kemampuan dan banyak hal lainnya yang bisa saja berbeda. Tidak homogen,, sehingga hasil kompetisinya bisa acak; random. Kompetisi dengan diri sendiri,,, lebih melelahkan. Apalagi jika si-diri terlalu memanjakan dirinya sendiri. Terlalu banyak pemakluman,, terlalu banyak memaafkan dirinya. Kompetisi dengan orang lain, alat ukur keberhasilannya kadang absurd. Sukses bagi seseorang, tidak berarti sukses bagi orang lain. Memiliki IPK empat poin nol-nol, mungkin tidak berarti apa-apa bagi seorang aktifis yang bisa tersenyum lapang ketika apa yang ia perjuangkan di bangku resesi bersama Rektornya tercapai. Kompetisi dengan diri sendiri,, alat ukur keberhasilannya juga absurd. Sukses bagi diri sendiri,, lalu mer

Saya, dan sesuatu yang bernama kedewasaan.

:) Jika orang melihat angka lahir di kartu identitas saya,orang (mungkin) akan serta-merta berkata; saya sudah dewasa. Sebuah kata halus untuk "ageing". ^^ Karena memang, sebuah angka yang besar tak pernah menjamin kedewasaan. Just look at me. Am I mature enough for a person at their late 20-ies? Big NO. I admit it. Not proudly, but, hey.. i couldn't deny it. That's the real. Meski mungkin bagi beberapa orang, saya sudah termasuk dewasa,, karena defini dewasa kita berbeda. Bagi saya, dewasa adalah ketika seseorang bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Tahu alasan yang mendasari setiap keputusan dan tindakannya sendiri,, dan teguh dengan itu. dan keputusan serta tindakan itu adalah keputusan dan tindakan yang tidak hanya tidak akan merugikan diri sendiri tapi juga orang lain. Menjadi dewasa, bagi saya, adalah ketika seseorang bisa mengerti dan memahami benar apa yang akan ia lakukan di saat berikutnya. Menjadi dewasa, adalah ketika ses