Sebuah kekhawatiran kecil,
Ketik.
Hapus.
Ketik.
Hapus.
Ketik.
Hapus.
Entah berapa kali aku lakukan itu.
Undo.
Redo.
Undo.
Redo.
Undo lagi.
Begitu terus.
Entah kapan proposal ini akan "jadi".
Aku terus menerus meyakinkan diri; Ketik saja semua yang terlintas. Tak usah perhatikan, apakah kalimat yang ku ketik ada kaitannya dengan kalimat sebelumnya. Apakah orang akan memahami yang aku maksudkan. Do not even think about it. Just type...
Tapi tetap saja.
Aku mengetik, lalu ku hapus.
Tiba-tiba saja, terlintas rasa itu.
Perasaan tak jelas; entah sedih, membesarkan hati, atau pura-pura tegar.
Rasa yang datang setelah "ditolak".
Sahabatku bilang, seharusnya aku sudah kebal dengan rasa itu.
Toh, lima atau enam tahun lalu, aku sudah berkali-kali ditolak.
Padahal, aku sudah (rasanya) berjuang dengan keras.
Jadi, ketika sekarang-sekarang ini aku pun "ditolak", tak semestinya aku merasakan seperti itu.
Tapi sayang, Sahabat,, aku masih merasakan perasaan itu. Perasaan yang muncul setelah "ditolak".
Bahkan, saat ini, perasaan itu telah berubah menjadi suatu kekhawatiran.
Ia bahkan muncul sebelum "ditolak" itu terjadi.
Dan ia, yang menjadikanku terus menerus mengetik, lalu menghapus.
Undo, redo.
Wae irokkae?
Nan, mola.
It just happen.
I write, and i'm affaraid i'll be rejected.
But onething i know for sure.
I can not stop to write. Even if i have to type, delete, undo and redo again.
Cause i can do anything, but hope, try n pray...
#semangatjatuhlalubangkit, Kawan.. ^^
#salambuattesis :)
Komentar
Posting Komentar