Selamat,, Anda memasuki tingkat akhir,, dimana Anda ingin menyerah,,, dan ...

:)

Selamat,,
Anda (saya) memasuki tingkat akhir,, eh,, salah.. tingkat atas ^^,,
dimana Anda (saya) ingin menyerah,, dan ingin ....

^^

Hmh,,

Jadi mahasiswa tingkat atas ini memang bukan pertama kalinya buat saya.
Lima tahun lalu, saya juga berada di posisi seperti sekarang ini.
Ingin menyerah?
Sangat.
Tapi, alhamdulillahnya saat itu tidak menyerah.
Sekarang...
Sama.
Ingin menyerah.

Wajar kok,,
Kata Uozumi-senpai,, pemain Ryonan di Slam dunk,, "setiap harinya, orang ingin menyerah."
Jadi sebenarnya, saya tidak sendirian.

^^

Kalau sudah 'merasa' ingin menyerah, harus bagaimana?

Setiap orang punya caranya sendiri, menurut saya.
Ada yang tancap gas,, sama sekali tidak menghiraukan rasa itu...
Ada pula yang lebih memilih untuk 'break'.
Hyups,, take a step aside,,, untuk menghirup udara yang lebih lapang.. sebelum kembali berhimpitan dengan hal-hal yang menyesakkan.

and hyups,,
Saya termasuk orang yang memilih untuk 'break'.
Kadang,, 'break'-nya itu kelamaan,, I admit it.
Hehe,,
Ada yang pernah berkomentar; "Kamu itu santai banget ya,, orangnya.."

Cuma bisa senyum..

Tapi,, memang sepertinya demikian.

Akhir-akhir ini, sepertinya lebih plegmatis.

Atau, tidak juga.

Hanya teringat dan menjadi terbiasa menuruti nasehat Abah yang satu ini;
"Nikmati saja".

Ketika itu, aku, Abah dan Abray sedang di  perjalanan menuju Bandung tercinta.
Takdir Allaah,, kami menemui macet yang pwaaanjaaang di tol Jakarta.
Di situasi seperti itu, saya mengusulkan untuk menyalakan radio, untuk mengetahui apa yang terjadi,, apa yang menyebabkan macet sepanjang itu,, apakah ada kecelakaan.. atau apa..
Abah menolak usul saya,, lalu bilang; "Nikmati saja."
Sudah kadung memilih jalan tersebut,, kejebak macet,, jadi dinikmati saja.
Begitu kata beliau.

Jadi, sebenarnya saya hanya mencoba menikmati masa 'break', lalu masa persiapan,, untuk menjalani masa 'go'.

Ketika saya ingin menyerah,,, kadang saya mengingat kembali mengapa saya sampai berada di posisi ingin menyerah ini.
Kenapa saya dulu memutuskan untuk kuliah kembali, misalnya.
Kenapa saya sampai mentok tidak bisa berpikir apa yang harus saya susun untuk bab pertama proposal, misalnya..

Take your own time untuk merenunginya; alone with Him.
Pantaskah saya menyerah saat ini juga,,
Atau saya bisa 'menunda'-nya.

Kalau sudah selesai merenungi sendiri,, coba 'lambaikan tangan' ke arah teman...
Maksud saya,, cobalah meminta pertimbangan orang lain,,
Siapa tahu,, dua kepala akan berpikir lebih baik daripada hanya satu.
Tapi, ketika 'melambaikan tangan',, hati dan perasaan harus berada pada posisi lapang.
Karena tidak semua orang yang kita lambaikan tangan padanya akan menyambut lambaian tanagan kita,, atau paling pahit adalah,, tidak sama sekali menyadari ada tangan yang melambai padanya.

^^
Jika situasi itu terjadi,,
Well,, anggap saja Allaah sedang membuat kita menjadi lebih mandiri.
How? :D

So,,, berhubung tiba-tiba no idea mau meneruskan tulisan ini dengan kalimat apa,
Saya sudahi dulu ya.

With these words...
"When you smile, sun shines.. at least, in my mind. So, smile.. :) "

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Harian Fahrani, continued

Jealousy.

Travelling,,, dan kaki yang tak bisa bebas