Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

What should and shouldn't, now...

:) Aku tahu, ini adalah sebuah kebodohan yang nyata. How could I be so stupid like this,,, being frightened by something that i shouldn't be. But, what could I say? It just happened. Made me clearly opened eyes until 2 in the morning, or sometime, worst. Couldn't sleep at all. Stupid right? I know. It is. Yes,, I realized that this episode is happen again. An episode where i would run from the reality and hide behind my reason of "take a rest" or "understanding my self". Which is, it's ok, but not this long. You know, ada satu waktu dalam hidup yang membuat seseorang merasa begitu lelah, fisik dan mental. Dan salah satu jawaban terbaik untuk episode itu adalah "rehat sejenak". "Sejenak" bagi setiap orang itu relatif. Satu hari, dua hari, satu pekan, dua bulan, lima tahun.. Tak tentu sama satu dengan yang lain, aku dengan yang lain. It's OK. Setiap orang boleh "rehat sejenak". Boleh. Tapi, satu

Salam dari Tokyo...

Gambar
Sebuah foto yang membuatku ingin segera lulus. Bisa bca apa yang tertulis di secarik kertas di foto itu? "Grup ini sudah move on, ada salam dari Tokyo. Kapan bareng kesini?" Itu kalimatnya. Dan aku baru 'hanya' bisa menjawab dengan senyuman dan helaan nafas. Kapan ya, Kumand? Aku ingin sekali bisa melihat tower itu secara langsung. Satu diantara lima tower yang ku impikan bisa ku lihat langsung. Kapan ya? Semoga segera, ya, kawan.. Aamiin... Oh ya,, ini adalah salah satu cara ku menyapa berbagai tempat di dunia,, dengan menitipkan salam pada kenalan yang akan pergi ke daerah itu. Menyampaikan salam, berharap suatu saat nanti aku sendiri yang akan mengucapkan salam secara langsung. You can try it too,, freely .. ^^ NB : Photo's Copy right @kumand_GrupIniSudahMoveOn

Welcome back, my beloved insomnia...

12.30 AM. :) Jam dijital di sudut laptopku memberikan angka itu. :) Yeay! Another sleep-lack night.. :) Should i cry? Or should i smile? Hmmm,, cause crying it's a little bit (you know..),, so we better just smile, right? :) Another insomniac night. Sashil,, nae neun molla yo,, Kenapa aku bisa menjadi salah satu dari makhluk nokturnal. Kenapa aku bisa lebih fokus dengan apa yang [akan dan niatkan] untuk aku lakukan ketika jam sudah menunjukkan angka diatas 10 PM,,, Tidak baik, memang... Memiliki sleep-lack night setiap hari. Hajiman,,, eottokae? What should I do? Berbaring di tempat tidur tidak banyak membantuku untuk segera tertidur. Sampai beberapa hari yang lalu, aku hanya membaringkan badan di tempat tidur,, membolak-balikkan badan, berharap segera terlelap. Tapi, kemarin, sahabatku menyarankan ku untuk mengerjakan 'upaya kelulusanku' saja ketika insomnia itu kembali. Benar. Ia benar. Dengan mengerjakan 'upaya kelulusan' ini, s

Best friend comes to be alarm :)

Pernah, suatu hari, seorang sahabat purba, alias sahabat di jaman dahuu kala which is now is not the same again,, bilang: "tiati,, ntar malah kelupaan.." Lalu, dengan enteng nya saya bilang. "Ngga lah,, bakal inget terus kok." Tapi ternyata,, jreng jreng... Apa yang dia pernah bilang menjadi kenyataan. Saya lupa. Saya lupa kalau pernah punya satu impian penting. Dan sekarang saya sudah lupa bagaimana rasanya dulu saya begitu antusias memiliki impian itu. Alhamdulillaah,, ada yang mengingatkan saya tentang impian itu. Hanya dengan dua kata yang ia kirim via wa saat itu. :) Di suatu malam yang lain,, saya tidak bisa memejamkan mata hingga terlelap meski jam di hp *maaf, saya tidak punya jam dinding, jam meja maupun jam tangan.. #gmintadibeliinsii.. :p ; sudah menunjukkan pukul dua pagi. Saint hour,, 2AM,, temennya Ok Taecyon Oppa.. :D Kalau saya terlelap kemudian, saya yakin akan bangun kesiangan dan kemungkinan melewatkan waktu subuh.. Jadi, saya ke

Travelling,,, dan kaki yang tak bisa bebas

Gambar
Sejak lulus S1, saya diberi anugrah berupa kesempatan bepergian ke beberapa tempat yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Kadang memang keperluan pekerjaan,, kadang memang direncanakan untuk berlibur. Atau, keperluan kondangan yang diniatkan juga untuk liburan, hehe... Jika sempat, saya senang berbagi kisah perjalanan itu di media sosial. Berbagi foto,, Juga berbagi kesan. Tapi, satu cerita dari teman melingkar membuat saya sedikit sungkan untuk berbagi perjalanan saya. Hari itu, pertama kalinya saya bertemu dengan dia dalam lingkaran. Di pikiran saya,, dia adalah seseorang yang bahagia dengan pernikahannya. Bagaimana tidak,, dia menikah dengan seorang hafidz lulusan luar negeri. Tapi ternyata,, tanpa ditanya, tiba-tiba dia bercerita bahwa dia merasa tertekan. ??? Dia merasa kebebasannya 'dikekang'. Kemana-mana selalu diantar,, Kalau tidak ada agenda kampus,, maka ia hanya menghabiskan waktunya di rumah. Hweee... Suaminya menyeramkan.. *menurut saya :p S

Selangkah lebih dekat,,,

:) Dua hari terakhir, serasa sedang ada di taman impian hati jaya Ancol dan sedang menaiki roller coaster . Sometimes up, And another second it was so drown.. :) Capek, saya akui. Segerombolan tugas yang harus dikerjakan, bergelut dengan berbagai lintasan pertanyaan,, lalu bertemu dengan sekeranjang kekhawatiran,, lalu terbungkus satu pertanyaan. Rumit ya? Sangat saya. Dari dulu, ketika bercerita pada mr ketika lq,, responnya biasanya sama,, "ergh.. g jelas deh.." :D Mianhe,, Begini. Jadi, Sepertinya hal ini bukan hanya menjadi pengalaman hidup saya. Di ujung Sumatera sana, ada seorang sahabat yang memiliki cerita hampir sama. Hampir,, hanya hampir. Hal yang sama antara kami adalah sama-sama terus ditanyai 'kapan' atas sesuatu yang belum kami miliki. Bedanya,, sepertinya hanya saya yang kemudian 'lari' menaiki ' roller coaster perasaan' dan membuat diri sendiri merasa tidak ingin keluar kosan. Are you with me? Tired to be

Selamat,, Anda memasuki tingkat akhir,, dimana Anda ingin menyerah,,, dan ...

:) Selamat,, Anda (saya) memasuki tingkat akhir,, eh,, salah.. tingkat atas ^^,, dimana Anda (saya) ingin menyerah,, dan ingin .... ^^ Hmh,, Jadi mahasiswa tingkat atas ini memang bukan pertama kalinya buat saya. Lima tahun lalu, saya juga berada di posisi seperti sekarang ini. Ingin menyerah? Sangat. Tapi, alhamdulillahnya saat itu tidak menyerah. Sekarang... Sama. Ingin menyerah. Wajar kok,, Kata Uozumi-senpai,, pemain Ryonan di Slam dunk,, "setiap harinya, orang ingin menyerah." Jadi sebenarnya, saya tidak sendirian. ^^ Kalau sudah 'merasa' ingin menyerah, harus bagaimana? Setiap orang punya caranya sendiri, menurut saya. Ada yang tancap gas,, sama sekali tidak menghiraukan rasa itu... Ada pula yang lebih memilih untuk ' break '. Hyups,, take a step aside ,,, untuk menghirup udara yang lebih lapang.. sebelum kembali berhimpitan dengan hal-hal yang menyesakkan. and hyups,, Saya termasuk orang yang memilih untuk 'break

Tak perlu alasan besar,,,

23.48. Tangal 3 Agustus 2015. Sudah lewat setengah tahun dari 2015. And I’m still here. Yups. Aku masih disini. Di kosan yang sama. Status yang sama. Sebagai cheer-team. Tapi, ada yang berbeda. Dan semoga,,  akan selalu seperti ini. Senyum ini, Kelapangan hati ini. Ah, Allaah memang Maha Baik. Allah Mahatahu yang kuperlukan. Ketenangan. Kelapangan. Kebahagiaan. Ternyata, memang benar. Ketiganya tak perlu alasan besar. Tak perlu benda atau personal untuk menjadi perantaranya. They could be given straigth to anyone ... No need  any reasons . Semoga, tak ada lagi kalimat, “Ada kamu, aku jadi tenang..” Karena kalimat itu bisa memicu yang namanya syirik. Tapi ia berganti menjadi , “Alhamdulillaah,, “ Jangan berhenti belajar, ya Nong... J

Kkum

Langit di depan jendela kamarku abu-abu. Mendung? Aniya Mungkin, sedikit. Pohon nangka di tempat jemuran sudah tinggi. Daunnya sudah ada yang kering,, lumayan.. Bisa dipakai untuk cuci muka sesekali *ala jaman dulu. Dulu. Duluuuuu sekali. Jaman masih semampai; semeter belum sampai. Jaman ke tempat mandi harus pagi-pagi sekali,, melewati kebun, menuruni tangga tanah. Tak jarang memungut daun kering dari pohon nangka untuk diremas lalu dibasahi dan diusapkan ke muka. Sampai sekarang, aku belum tahu apa penjelasan ilmiah atas itu,, aku hanya mengikuti apa yang dilakukan kakak-kakak ku. Jaman dulu,, duluuuu sekali... Kangen jaman itu. Ketika aku tak harus memutuskan apapun,, cukup mengekor. Ikuti apa kata mama,, kakak,, guru... Hahahahaha.. Padahal, jaman itu,, aku ingin sekali cepat dewasa,, karena merasa kesal harus mengikuti apa yang mereka putuskan. Lha,, sekarang malah merindukan masa-masa itu. Rasanya,, sesuatu sekali ketika menanyakan solusi atas sebuah dilema *halaa

When it's gone,,

Just  search again... Just it. Don't take too much time wondering. And asking why. Just search it again. Again And again. Untill we found it. Own it. Once again

Catatan kecil Bandung-Bogor

Hujannya turun deras. Rok yang kukenakan disapanya. Tak luput tentu, kaos kaki krem motif bunga yang membungkus kaki ku. Jadi tertegun, kenapa dulu aku membeli sepatu teplek dengan model bolong-bolong ini... Mana bagian solnya sudah patah.. Lengkap sudah pertemuan antara alas kaki dan genangan air itu. Tapi, tak apalah. Mungkin itulah cara langit menyambut ku di terminal Leuwi Panjang ini. Bis biru kotak-kotak, berplang mini dengan tulisan "Bandung-Leuwiliang", seakan tersenyum manis. Anggap saja demikian. Meski dengan kepala yang belum ada ide ini aku berangkat menjelang kampus,, setidaknya pikiran positif bisa banyak membantu. Bis biru melaju anggun. Melewati genangan, alias banjir, setinggi 15-20 cm di jalanan Soekarno-Hatta. Sesampainya di pintu tol Pasir Koja, mentari tersenyum. Ini bukan hanya anggapan ku. Tapi memang ia bersinar lembut. Tanpa tangisan langit. Mungkin, seperti itu pula perjalanan ku kelak. Hujan deras, lalu cerah. Mungkin, aku hanya per

Sebuah kekhawatiran kecil,

Ketik. Hapus. Ketik. Hapus. Ketik. Hapus. Entah berapa kali aku lakukan itu. Undo. Redo. Undo. Redo. Undo lagi. Begitu terus. Entah kapan proposal ini akan "jadi". Aku terus menerus meyakinkan diri; Ketik saja semua yang terlintas. Tak usah perhatikan, apakah kalimat yang ku ketik ada kaitannya dengan kalimat sebelumnya. Apakah orang akan memahami yang aku maksudkan. Do not even think about it. Just type... Tapi tetap saja. Aku mengetik, lalu ku hapus. Tiba-tiba saja, terlintas rasa itu. Perasaan tak jelas; entah sedih, membesarkan hati, atau pura-pura tegar. Rasa yang datang setelah "ditolak". Sahabatku bilang, seharusnya aku sudah kebal dengan rasa itu. Toh, lima atau enam tahun lalu, aku sudah berkali-kali ditolak. Padahal, aku sudah (rasanya) berjuang dengan keras. Jadi, ketika sekarang-sekarang ini aku pun "ditolak", tak semestinya aku merasakan seperti itu. Tapi sayang, Sahabat,, aku masih merasakan perasaan itu. Perasaan yang