Yang tak berawal, tak berujung...

Pagi yang cerah.
Seperti biasa, ia larut dengan rutinitas ibu rumah tangga; menyiapkan keperluan putri dan suaminya yang akan beraktivitas. Setelah keduanya berangkat, ia mulai membersihkan rumah; mem-vacum karpet yang melapisi lantai, mengelap beberapa perabotan rumah dan hal-hal seperti itu :)
Lalu ia mengakhiri aktifitas paginya dengan menikmati teh di sebuah ruangan dekat beranda rumahnya. Sebuah ruangan yang berdinding kaca yang berhadapan langsung dengan arah matahari datang. Damai, dan hangat. Namun ia merasa berbeda.

Siang itu, ia sengaja menyempatkan diri ke rumah sakit untuk menjenguk ibunda tercintanya. Suasana ruang rawat yang ramai dengan pasien dan suster yang sedang luang, bersama-sama menonton sebuah drama Korea. Hingar sekali, karena ternyata jalan ceritanya mudah ditebak.

Waktu pulang sudah tiba. Ia berjalan pelan menyusuri koridor rumah sakit, mencoba menikmati keadaan.

Tiba-tiba, ia dikejutkan oleh sebuah jeritan dari sebuah kamar rawat inap. Ia tak bisa menahan diri untuk mencoba tahu apa yang terjadi disana. Dari pintu kamar yang tebuka, ia melihat seorang pasien wanta paruh baya sedang meronta mencoba melepaskan diri dari cengkraman suster-suster dan dokter yang,,, entah sedang memberi obat atau sekedar menenangkan.

Ia termenung sejenak. Berpikir sekenanya, mengira-ngira sakit apa yang diderita pasien itu. Matanya tertumpu pada sebuah papan nama berwarna coklat muda berukuran kira-kira 25x10 cm persegi di dinding samping pintu kamar itu. Ha Chun Hwa.

Ha Chun Hwa. Nama yang tak asing. Rasanya, ia mengenal nama itu. Tapi, dimana? Pikiran itu terus membersamainya pulang.

Sesampainya di rumah, ia mencoba membuka buku kenangan masa SMAnya. Sebuah sekolah khusus putri yang tak semuanya memiliki sikap seperti "putri". Dan ia pun benar-benar menemukan nama itu disana.

Kesempatan berikutnya, ia kembali berkunjung ke rumah sakit. Menemani Sang bunda, melihat senyum dan membersamainya menonton drama korea (lagi). Seusai itu, ia kembali menelusuri lorong rumah sakit yang sama. Dan pintu kamar itu pun terbuka (lagi).

Ia memberanikan diri masuk ke ruangan yang sama sekali tidak seperti ruang rawat di rumah sakit. Sebuah ruangan dengan dinding yang dilapisi kayu pada bagian samping tempat tidur. Sebuah vas bunga dengan tinggi sekitar lima puluh sentimeter berisi bunga yang cantik. Seperti di kamar pribadi.

Beberapa saat ia mengucap salam sambil melangkah masuk. Tapi ia tak menemukan siapa-siapa. Ia melangkah lebih dalam. Tak lama, ia mendengar sebuah lantunan lagu didendangkan sebuah suara di balik sebuah ruangan. Lirik lagu lama, yang mengingatkannya akan sesuatu dari masa lalu.

Diam. Ia terdiam mendengar lirik itu. Lebih terdiam lagi ketika ia melihat sosok yang menyanyikan lagu itu. Ha Chun Hwa. Ya. Itu Ha Chun Hwa yang dikenalnya. Ha Chun Hwa!

Jarak dua puluh lima tahun tak membuatnya tidak mudah dikenali oleh Ha Chun Hwa. Keduanya lalu berpelukan mengentaskan apa yang hilang sejak terakhir mereka bersama.

Seperempat abad yang lalu, Ha Chun Hwa adalah gadis yang tangguh. Chun Hwa adalah ketua geng ketika mereka sama-sama SMA. Dan kini, ia masih tampak tangguh, dari luar. Di dalam tubuhnya, ada sesuatu yang membuat dokter mengatakan ia hanya punya waktu dua bulan. Untuk Hidup. Dua bulan untuk hidup.

Dan dalam kesempatan dua bulan itu, hanya ada satu yang Chun Hwa inginkan. Berkumpul kembali dengan sahabat-sahabat mereka. Geng mereka. Sunny...
.
Sunny...
Tujuh gadis SMA dengan segala pernak-pernik masa muda.

Ha Chun Hwa, sang ketua geng. Cantik, tomboy dan tangguh.
Jang Mi, the big is beautiful girl yang terobsesi dengan operasi kelopak mata.
Hwang Jin-hee, putri seorang Professor Sastra Korea yang lihai memaki. Ia berangan memiliki kamus kata-kata makian di masa depan.
Seo Geum-ok, gadis kutu buku yang tak bisa meredam amarah. Ia ingin menjadi penulis ketika 'nanti' tiba.
Su-ji, gadis paling cantik tapi gemar merokok dan sangat 'dingin'. Karena kecantikannya, Sunny mengira Su-Ji akan menjadi model terkenal.
Bok-Hee, putri dari pemilik salon, bercita-cita menjadi Miss Korea, memiliki suami dan anak-anak yang dicintainya. Dan ia akan dicintai banyak orang
Serta,
Dirinya,
Im Na-mi, seorang gadis desa yang ingin menjadi seorang seniman, ingin menjadi seorang DJ saat menjadi mahasiswi, ingin menjadi pemilik toko komik, ia akan bermain film seperti La Boum, menjadi penari,,,

Sama seperti dirinya dan Chun Hwa, Sunny sudah 25 tahun tak berkumpul. Dan kini, di tengah 'vonis' dokter atas waktu hidupnya, Chun Hwa ingin sekali bertemu kembali dengan mereka.

Lalu, Ia menjejak kembali SMA-nya. Atas izin sutradara, ia bertemu kembali dengan salah satu anggota Sunny, Jang Mi. Ternyata, sekarang ini, ia menjadi seorang staf pemasaran produk asuransi. Masih berkutat dengan proyek promosi yang belum juga menemui keberhasilan. Jang Mi pun belum berhasil mengoperasi kelopak matanya.

Singkat cerita,atas bantuan detektif sewaan, Ia dan Jang Mi berhasil menemukan ketiga sahabatnya yang lain.

Hwang Jin-hee, yang dulu lihai memaki, kini adalah istri seorang jutawan. Ia tak lagi memaki, ia bahkan sangat manis di mulut. Hanya ia dan Jang Mi yang bisa memunculkan makian itu kembali di mulut Jin-Hee..

Seo Geum-ok, yang dulu gadis kutu buku yang tak bisa meredam amarah, kini adalah seorang istri dari seorang suami dengan finansial yang kurang. Ia terpaksa menjaga bayi kakak iparnya yang sedang hamil. Dengan sabar ia meladeni kelakuan kakak iparnya.

Bok-Hee,yang dulu bercita-cita menjadi Miss Korea, memiliki suami dan anak-anak yang dicintainya, kini menjadi seorag wanita tuna susila akibat salon ibunya disita bank. Putrinya harus di'ambil-alih' LSM dan hidup jauh dari Bok Hee.

Kehidupan mereka berbeda 180 derajat dari apa yang dicita-citakan dulu.
Pun ia.
Seorang Im Nami, yang dulu bercita-cita menjadi banyak hal, kini menjadi ibu rumah tangga yang mati kreatifitasnya dan menjadi jenuh.

Sedangkan Su-ji, sejak kejadian 25 tahun lalu, entah dimana ia berada.

Dulu, 25 tahun lalu, ketika SMA mereka sedang mengadakan festival budaya, Su-ji terluka. Di wajah.
Sebuah luka di wajah bagi gadis tercantik di sekolah adalah sebuah bencana. Sebuah luka yang terjadi akibat Su-ji melindunginya dari seorang eks-sahabat Chun Hwa yang mengamuk. Amukan yang terakumulasi atas amarah karena Chun Hwa menolak menjadi sahabatnya lagi. Tentu saja, meski tomboy dan tak segan berkelahi jika ada orang yang mengganggu Sunny, Chun Hwa tak akan mau bersahabat dengan orang yang gemar menghirup lem.

Sejak saat itu, yang ia tahu adalah Su-ji mencoba bunuh diri tanpa pernah bertemu lagi...

Di pertemuan terakhir di masa lalu itu, Sunny berjanji...
'Jika di masa datang, kehidupan yang lebih baik membuat seseorang mengabaikan yang lain, ia akan dihukum. Jika seseorang bersembunyi karena hidupnya payah, ia akan dibantu agar hidup lebih baik. Entah siapa yang mati lebih dahulu diantara kita, tapi, sampai saat itu tiba bahkan setelah saat itu tiba, Sunny tidak akan pernah berpisah."

Dua bulan berlalu. Sebuah telepon memisahkannya dari aktifitasnya menjemput suami yang baru pulang tugas.
Sebuah telepon yang membuat senyumannya terhenti.

Ha Chun Hwa menuntaskan nafasnya.

Dan terwujudlah apa yang Chun Hwa inginkan.

Sunny,-tanpa Su-ji,berkumpul kembali. Hanya saja, Chun Hwa terbaring dalam peti kaku.
Mereka telah memasang kabar duka Chun Hwa di surat kabar, berharap Su-ji membacanya dan ikut hadir.
Namun, hingga jarum jam mencapai pukul dua belas malam, tak ada Su-ji disana.

Mereka memutuskan memberi penghormatan terakhir tanpa Su-ji.
Baru saja mereka akan berdiri, pengaca Chun Hwa tiba dan mengabarkan surat wasiat Chun Hwa bagi Sunny.

Ia, Im Na mi, atas jasanya menghadirkan kembali Sunny, ia menjadi ketua Sunny menggantikan Chun Hwa.
Ia harus menjaga Sunny seperti Chun Hwa dulu.

Jang Mi, mendapat anggota asuransi baru. Seluruh yang hadir disana akan menjadi anggota asuransinya dengan pembayaran penuh dari harta Chun Hwa yang ditinggalkan. Dan karena itu, Jang Mi, menjadi ratu asuransi bulan ini.

Hwang Jin-hee, mendapat posisi sebagai wakil ketua Sunny, menggeser Jang Mi. Ia tak mendapat bagian harta. Jin Hee sudah kaya raya dari harta suaminya...

Seo Geum-ok, dipersilahkan magang di perusahaan penerbitan di bawah perusahaan Chun Hwa selama enam bulan. Jika berhasil mempertahankan penjualan 150% selama dua tahun, Geum - ok akan diangkat sebagai eksekutif manajer.

Bok-Hee, mendapat apartemen untuk ia tempati bersama putrinya. Bok Hee akan mendapat rehabilitasi dan pelajaran keterampilan untuk membuka usahanya kelak di salah satu gedung milik Chun Hwa.

Surat wasiat usai dibacakan.
Sunny, tanpa Su-ji, melakukan penghormatan terakhirnya dengan cara mereka.
Penghormatan terakhir berupa tarian yang seharusnya mereka bawakan pada festival budaya sekolah mereka dulu. Dulu. Ketika luka pada wajah Su-ji itu terjadi...

Tarian yang ceria. Tentang mereka, tentang Sunny yang saling mencintai.

Tatkala tarian usai,
Ia melihat sesosok berdiri di arah pintu masuk. Seseorang dengan senyum seperti Su-ji...

....

(Disarikan dari film Korea berjudul Sunny.)

Kisah yang indah.
Tentang sesuatu yang tak berawal, tak mengenal ujung.
Persahabatan.

Menonton film ini, membuatku merenung...
Dua puluh lima tahun lagi, seperti apakah kita, Sahabat???
Apakah kita seperti Sunny yang sama sekali tak bersua selama itu?
Atau,, kita akan saling bantu sebelum kepayahan hidup menerpa diantara kita?

^^

Keep in touch.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

it's addict!

Ikhlaskan saja.