The Rainy City's Journey... (1st year)

23 Februari 2014.
Hampir delapan tahun sejak aku berada di kota hujan ini.
Well, sebenarnya tidak tepat delapan tahun,
karena aku sering pulang ke Bandung dan ada dua tahun yang aku lewati di Medan dan Pekanbaru.
But it still,,
dari sekian waktu yang aku jalani dalam perantauan, Bogor adalah daerah terlama yang aku singgahi.

Then, how it's feel?
Actually,,
I really grateful to be here.
For the campus, for the air, and for the friendships.

Tahun pertama ada di Bogor (seperti yang ku ceritakan di Langkah Kecilku), benar-benar masa adaptasi bagiku. Dan bagi mahasiswa baru IPB tentu.
Mencari teman, menyesuaikan diri dengan ritme kuliah, dengan lingkungan, dan berusaha cocok dengan keadaan.
Sulit?

Hm..
Kalau diingat sekarang, rasanya aku harus meminta maaf pada sahabat-sahabat tpb-ku, karena telah banyak merepotkan mereka.
Bagi seorang perasa maksimal sepertiku, sepertinya aku sangat menyulitkan mereka kala itu.
Bagaimana tidak, kalau sedih, aku bisa dengan sangat mudah menangis. seketika emosi tak bisa ku tahan.
Semata hanya karena aku rasa mereka adalah sahabat-sahabatku.
Padahal, tak semua yang kau anggap sahabat menganggapmu sahabat, kan?
Yup, aku belajar banyak dari tahun pertama itu. Belajar untuk mulai belajar.
Untuk belajar tidak cengeng dan tidak mudah menjadikan orang lain sebagai sahabat.
You can't trust anyone who comes to you..
Meski demikian, bukan berarti harus curiga berlebihan pada mereka.
Ya,, lebih easy going lah. Welcome to everyone to be friends but not best friend. ^^

Dan sepertinya, aku baru selesai belajar hal itu ketika aku sudah berada di Medan :)
Lama ya?
Hehe..

Perjalanan studi ku, sangat seru.
Mulai dari jaman tepebe yang,, mm mm,, let say it color full..
Sampai jaman skripsi-an yang,, hm hm,, menguras air mata, darah (alay), keringat,, but happy ending ^^

Jaman tepebe itu,, seperti anak tingkat satu IPB lainnya, aku terlabuhkan di asrama kampus.
Terlabuhkan.
Karena memang demikian.
Aku yang belum ada saudara kandung di Bogor, alhamdulillaah tidak usah susah-susah mencari kosan.
Newbie seperti aku jadi sangat terbantu.

Diasramakan bersama tiga orang lainnya dalam satu kamar,, itu adalah colorful pertama yang terjadi.
Satu orang Jawa tapi tinggal dan besar di Bali, satu orang Banyuwangi dan satu orang Minang nan tomboy.
Sebagai orang Sunda, it was great. :D
Meski salah satu teman kamar itu orang Sumatera,, tapi dia cukup lembut. (Kan katanya orang Sumatera itu keras.. :)

Oh ya, sebelum kilas balik soal asrama, ada satu kejadian yang sangat berkesan ketika aku registrasi awal di IPB.
Tempat tinggal ku di Bandung, berada sekitar 41 km dari pusat kota Bandung.
Bogor sendiri berada lebih jauh dari itu.
Untuk registrasi di IPB, aku harus berada di GWW IPB pagi-pagi, jadi,, aku dan keluarga berangkat dari Pangalengan jam 23-an,, dan berlabuh di Bogor jam 3 pagi.
Long road banget ya.. ^^

Ketika registrasi tiba, aku masuk ke GWW dengan berkas yang lengkap.
Tapi aku lupa satu hal penting.
Pulpen!
Aku kira (saat itu) aku harus punya pulpen.
Kenapa? Karena saat registrasi itu aku diberi beberapa formulir untuk diisi.
Panitia tidak bilang kalau form itu dikembalikan keesokan harinya.
Jadi, aku memperhatikan sekitar dan mencari orang yang bisa kupinjami pulpen.
Sebenarnya, aku tidak berani.
Tapi (pikirku saat itu), aku sangat membutuhkan pulpen.
Jadi, aku beranikan saja.
Menyapa seorang gadis berjilbab dan meminjam pulpennya.
Dan lucunya, sudah meminjam pulpen, berkenalan, tapi aku selalu salah menyebutkan namanya.
Aku terus menyapanya dengan nama Denis.. (karena kupikir itu namanya). Padahal, namanya bukan itu.
Huruf-hurufnya sudah tepat, hanya susunannya yang salah.
Lebih parah lagi karena ternyata aku lupa mengembalikan pulpen itu.
Dan masyaAllah, gadis itu ternyata saudari liqa-ku di kemudian hari.
Takdir yang manis.
Dan sampai kami mengarungi bahtera liqa pun, aku masih lupa mengembalikan pulpen yang sebenarnya sudah entah dimana.
Gomen, Denis.. (Mohon diikhlaskan ya.. :)

Itu cerita registrasi lucu tapi sangat berkesan yang aku maksud.
From help, to love...

Balik ke cerita asrama..
Selain tiga gadis roommate itu, di sekitar kamarku masih ada banyak kamar.
Kamar-kamar di asrama itu berlorong.
Aku Allah tempatkan di Lorong 2 Gedung A3..
Sebuah lorong ajaib..
Bagaimana tidak?
Suara dari lorong 2 bisa terdengar sampai ke lorong 5..
Curiga, di lorong kami itu dipasangi speaker apa ya?
:D
Cerita tentang lorong 2 dan segala pernak-perniknya itu saaaaangaaaat,,, banyak. Bisa-bisa jadi satu buku novel jika kuuraikan.
Suer.. :p
Ada cerita tentang candle light dinner kalau lagi mati lampu,,
Cerita menghias lorong ketika lomba hias gedung,
Cerita lomba males-malesan apel kalau Kamis tiba,
Cerita antri kamar mandi dengan cara antrian tinggal teriak-teriak dari kamar masing-masing,
Cerita seru ketika ujian tiba dan stress bersama,
Cerita tentang pengalaman-pengalaman dunia lain teman-teman selama di lorong (Alhamdulillah tidak pernah mengalaminya, hehe)
Cerita tentang lari seribu langkah setiap ke kamar mandi di dini hari setelah mendengar kisah horor anak-anak lorong dua,
Cerita tentang mencuci bersama di hari libur,
Cerita tentang berburu bekal rumah dari teman-teman yang baru pulang dari rumahnya.
Kalau dirunut begini, jadi kangen teman-teman lorong..
How are Gals?

Yah,, meski di asrama itu banyak yang g enak,, (air mati lah,, cucian hilang lah.. mati aliran listrik lah, jauh dari tempat makan yang seru lah.. jalan ke arah asrama yang melewati kebun karet yang seram lah..),, kehidupan asram memberi kesan lain dari IPB yang mungkin tidak ada di kampus lain.

^^
Tahun pertama yang sangat seru itu lalu ditutup dengan proses pemilihan jurusan.
FYI, jaman ku dulu (beneran dulu banget, hehe), ketika masuk IPB belum terdaftar sebagai mahasiswa jurusan mana pun. Masih anak SMA kelas 4 lah.
Jadi, ketika akan masuk ke semester tiga a.k.a tingkat dua, anak-anak disibukkan dengan pemilihan jurusan.
Lebih enak demikian, menurutku..
Jadi kita punya waktu untuk mengamati dan mencari tahu tentang jurusan yang kita tuju,, lebih melek tentang plus minus dan kepadatan aktifitasnya. Lalu mengukur diri apakah kita mampu atau tidak.
Aku masih ingat, setelah proses pemikiran dan pemilihan yang panjang.. (bagaimana tidak panjang,, ada 33 jurusan yang harus dirunutkan dari pilihan satu sampai 33), aku memilih jurusan kedokteran hewan sebagai jurusan terakhir.. :D
Aku rasa, aku tidak akan sanggup dengan darah dan pembedahan yang mungkin ada di jurusan itu.

Lalu, jurusan-jurusan yang ada di fakultas mipa,aku tempatkan di urutan bawah selanjutnya.
Aku pikir, aku bisa mengalami depresi tingkat tinggi dengan berada di fakultas itu.
Kenalan mama menyarankan ku mengambil jurusan Statistika.
No thanks,Om.. Kalkulus 1 dengan 1 cacing saja sudah membuatku cukup merana,, apalagi harus ada tiga cacing inferensia?
No thanks,,
Truly..

And then,,
akhirnya aku memilih jurusan Manajemen Sumberdaya Lahan atau IT (Ilmu Tanah, hehe) sebagai pilihanku.
Kenapa?
Karena ketika melihatmu, aku jatuh cinta.. *halaaah..
Bukan, tentu bukan itu.
Tapi,,
Ada deh.. It's top secret :D

Demikianlah..
Perjalanan di kota hujan ini berawal.
Dari tahun pertama ini aku benar-benar mulai berlajar untuk banyak hal.
Mulai belajar.
Mulai belajar lebih banyak.

Thank you 2006-2007, to be really amazing to me.

:)
And thank You Allah..
for everything..

Dan dari tahun pertama itu, aku beranjak ke tahun kedua.
Tahun yang lebih indah, dan (mulai) mendewasakan.
I'll tell you latter..
:)

Ja.
Ikimasho.. ^^/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

it's addict!

Ikhlaskan saja.