Nikah? Run, you fool!!!

Audrey  (sebut saja demikian) begitu terharu dengan apa yang dilakukan kekasihnya, Andy (anggap saja itu namanya).
Ketika Audrey dan kawan-kawannya sedang makan bersama di sebuah restoran, seorang pria membawa setumpuk karton bergambar dan bertulisan di luar restoran. Dinding restoran yang terbuat dari kaca memudahkan mereka untuk melihat apa yang dilakukan pria itu.
Sebuah lagu mengalun,- entah dari mana,- a thousand years-nya Christina Perry.

Pria itu lalu membuka satu persatu tumpukan karton yang ia bawa, tepat mengarah pada Audrey dan kawan-kawan.
Satu per-satu tulisan dan gambar yang ada disana mengungkapkan apa yang pria itu ungkapkan.
Satu per-satu ungkapan itu membuat para penonton histeris, kaget, terharu, dan... entah harus diungkapkan dengan kata apa.
Apa yang dilakukan pria itu, sungguh romantis.
Lebih tersentuh dari pada ketika kamu terjatuh lalu seseorang yang kamu kagumi mengulurkan tangannya untuk membantumu bangkit.

Pria itu bercerita, bahwa..
Sebeum Audrey datang dalam hidupnya, cinta adalah omong kosong.
Pernikahan?
Seorang temannya mengatakan padanya; "Run you, fool!"

Tapi, baginya, tidak ada kebahagiaan tanpa Audrey.
Cinta mungkin membawa pedih, luka dan air mata, namun, cinta Audrey pun membawa penawar untuk itu. Senyuman dan kebahagiaan yang sederhana tapi tulus.

Di fase-fase terakhir, pria itu membuka sebuah karton lagi. Tinggal tiga karton yang ia pegang.
Di karton ketiga sebelum terakhir itu, tulisannya adalah:


Penonton histeris lagi.
Ibarat penonton sepakbola yang tim-nya hampir kalah di injury time lalu mendapat 'hadiah' tendangan pinalti karena pemainnya 'dilanggar' di kotak putih sekitar penjaga gawang.
Senang, tapi cemas,, apakah pinalti itu berbuah gol atau tidak.
Dan,,

Audrey mengangguk.
Pria itu pun menunjukkan karton kedua terakhirnya;

(http://www.youtube.com/watch?v=sbmd5BcnYhk)

^^
It's happy ended to wedding, at last. :D

Well, ada satu hal yang menarik dalam lamaran itu.
Yakni ketika pada karton tertera "My married friend always said, Run you, fool!"
Teman-temannya memberi nasehat untuk tidak menikah.
Kenapa?
Entah, saya bukan teman-temannya. ^^
Tapi, menurut saya, ucapan teman-temannya tentu beralasan.
Kau tahu, pada acara Oprah suatu hari dulu, saya pernah menonton kisah beberapa ibu rumah tangga yang 'desperate' dalam pernikahannya.
Rasa putus asa itu timbul karena stres yang luar biasa dari suami, anak-anak, keluarga bahkan lingkungan sekitar.
Mereka berbadan 'big size' karena begitu sibuk sehingga tak punya waktu untuk mengecilkan badan setelah melahirkan.
Rambut tak terurus, kulit kasar dan berjerawat, rumah berantakan dan emosi tidak stabil.
Tuntutan suami yang menyerahkan semua urusan rumah padanya, urusan anak-anak di pundaknya, tanpa pernah tahu bahwa mengurus rumah dan anak-anak adalah pekerjaan yang sangat perlu tenaga setara daya ledak bom atom Hiroshima. *maaf terlalu berlebihan, ^^"
Di sisi lain, sebelum menikah, mereka punya pekerjaan, punya uang sendiri yang bisa menyediakan hiburan ketika penat berpikir dan beraktifitas.
Lalu, ketika mereka menikah, lingkungan aktifitas mereka menjadi -'hanya'- rumah, supermarket, sekolah anak, tetangga, keluarga, dsb.
Mereka kekurangan akses terhadap dunia luar dan dinamikanya karena semua perhatiannya tersita untuk keluarga.

Salah siapa?
Sepertinya, tidak bijak mencari ini salah siapa?
Yang saya yakini, disana tidak ada kepahaman tentang apa yang menjadi konsekuensi ketika memutuskan untuk menikah dan tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban setelah menikah. *sok tahu, hehe
Ketika seseorang yang menikah tahu konsekuensi dari suatu pernikahan, tak perlu putus asa kan? Cukup bersiap dengan membuat kreasi-kreasi aktifitas agar tidak stres.
Kedua pasangan harus tahu dan paham dan menjalankan apa yang menjadi kewajiban dan apa yang menjadi hak.
Apa peran masing-masing sebelum menikah yang harus tetap ada,-fungsi sosial, misalnya,- dan bagaimana saling membantu mengatasi 'tantangan' keluarga.
Bagaimana seorang istri pun punya hak untuk  sesekali memiliki 'her own time' tanpa meninggalkan amanahnya sebagai ibu rumah tangga.
Bagaimana seorang suami yang -pun- lelah bekerja di luar rumah, punya kewajiban membantu mengerjakan pekerjaan di rumah dan mengasuh putra-putrinya.

Ketika acara Oprah  itu, dilakukan tantangan berganti peran antara istri dan suami. Sang istri mengerjakan tugas suami, dan sang suami melaksanakan setiap pekerjaan sang istri dalam beberapa hari.
Hasilnya? Sang istri begitu rindu pada kebersamaan dengan putra-putrinya, meski ia senang bisa berkomunikasi dengan dunia luar dan berkecimpung dengan segala dinamikanya. Sang suami merasakan dan memahami betul bagaimana stresnya menjadi ibu rumah tangga dengan segala pernak-perniknya.

Dan solusi pun diperoleh.
Happy ending.

Dari acara itu, saya berpikir bahwa dalam suatu pernikahan, sangat mungkin terjadi 'pembunuhan'.
Bukan pembunuhan dalam arti kasar, tapi pembunuhan karakter.
Bagaimana seseorang yang tadinya begitu aktif tiba-tiba menjadi tertekan karena lingkup kegiatannya dibatasi dengan sangat drastis.
Padahal, jika seseorang menikah dengan kesadaran ingin bahagia dan membahagiakan pasangannya, seharusnya ia memiliki langkah-langkah untuk itu. Tidak hanya kemudian menjadi egois; hanya memikirkan kebahagiaannya saja; melilhat rumah rapi, anak-anak terurus dengan baik, pekerjaan dia lancar, tanpa pernah menyanyakan dan memperhatikan apa dan bagaimana menjalankan hal-hal untuk mencapai semua itu.

So,, "run you fool" itu menjadi sangat beralasan.
Seram ya, menikah itu...

Well, tentu. sangat seram, so creepy..
Jika dan hanya jika kita belum paham makna dari pernikahan itu, yang sebenarnya.
Saya juga belum tahu sepenuhnya, hehe.. lha wong saya pun belum menikah. :D
Yang saya pahami, adalah..
Pernikahan bukan ajang mematahkan sayap salah satu pasangan.
Pernikahan adalah kesempatan untuk sama-sama mengepakkan sayap kebahagiaan dan kesuksesan hakiki lebih tinggi.
Sama-sama.
Keduanya.
Kedua keluarganya.

Sehingga, "run you fool" itu menjadi...

^^








Komentar

  1. saya pernah mendengar istilah pernikahan itu ibarat sebuah benteng yang kokoh, dimana kita yang belum menikah ingin segera kesana dan mereka yang di dalam sana ingin merasakan kembali bebasnya dunia luar. Tulisan inspiratif dari seorang lajang, hehehhhehehhe.... Keren neng

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. baru baca sekarang. moga kita g termasuk mereka yang ingin keluar benteng setelah menikah. Tq say,,

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

it's addict!

Ikhlaskan saja.